Partai Politik Pindah Koalisi, karena Tidak Punya Ideologi Jelas

/ Kamis, 19 Mei 2016 /
Partai berpindah koalisi menurut Syarif Hidayat Peneliti LIPI, karena partai yang ada selalu bermain dua kaki. Selain itu tidak adanya kesamaan ideologi yang seharusnya menjadi dasar dibentuknya koalisi ikut menjadi pemicu pecahnya koalisi yang dibangun sebelumnya.

Jadi ada dua aspek yang pertama adalah realitas dimana banyak partai bermain dua kaki dan yang kedua karena alasan filosofis yaitu karena koalisi yang dibangun oleh partai-partai itu tidak dibangun berdasarkan adanya kesamaan ideologi tapi karena kepentingan sesaat, sehingga ketika kepentingan itu tidak lagi terakomodir dan ada tawaran lain yang lebih akomodatif, maka koalisi pun pecah dan anggotanya bisa berpindah pada kepentingan lain, ujar Syarif.

Hal ini berbeda, jika koalisi dibangun berdasarkan kesamaan ideologi. Kalau ada kesamaan ideologi, berbagai masalah yang muncul akan dinilai sebagai dinamika dan tantangan. Partai yang berkoalisi karena ideologi juga tidak akan mudah berpindah koalisi.

Koalisi menurut wikipedia.org adalah persekutuan, gabungan atau aliansi beberapa unsur, di mana dalam kerjasamanya, masing-masing memiliki kepentingan masing - masing.

Partai pendukung KIH vs KMP
Desawa ini, Indonesia memiliki 2 buah koalisi besar dalam percaturan politiknya, yakni Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP). KIH adalah koalisi yang dinahkodai oleh PDI-P, sedangkan KMP dinahkodai oleh Partai Gerindra. Terbentuknya dua buah koalisi besar ini dikarenakan terbentuknya 2 calon yang cukup kuat memperebutkan kekuasaan pada masa Pemilu Presiden 2014 yang lalu.
Kekuatan Politik KMP lebih besar dibanding KIH di awal terbentuknya 2014 lalu
Di masa itu, pembentukan koalisi ini didasarkan pada dukungan partai terhadap salahsatu calon Presiden dengan satu visi yang sama kedepannya. Tapi sayangnya tahun 2016 ini, fakta berbicara lain. Partai Golkar baru saja menyatakan diri mendukung Pemerintah secara penuh lewat Munaslub. Belum hilang juga diingatan khalayak, PAN menyatakan mendukung Pemerintah, September 2015, Partai Demokrat juga menyatakan mendukung pemerintah Mei 2015. Oleh karena itu, KMP harus kehilangan taring sebagai koalisi oposisi karena kekuatan politik yang semakin melemah akibat Partai Politik yang galau.

Menurut pandangan saya, sebagian besar Partai Politik di Indonesia tidak dibuat berdasarkan pada ideologi partai, melainkan berdasarkan benevit atau hitung-hitungan keuntungan, selain berdasar ketokohan elite politik atau saya sebut tokohsentris. (Baca : Fenomena Partai Politik di Indonesia). Partai bisa berubah arah gerak kedepannya berdasarkan hitungan keuntungan jangka pendek dan jangka panjang dari partai. Untuk chase partai oposisi yang berubah mendukung pemerintah, umumnya, tujuan jangka pendeknya adalah agar terdapat kader partai yang berkesempatan menjadi Menteri di Kabinet Presiden. Jangka panjangnya, jika Presiden dianggap kuat untuk dapat memimpin 2 periode maka tidak ada salahnya mendukung Presiden karena kemungkinan menjadi partai pemenang pemilu di masa depan terbuka lebar.

Ya... Partai Politik memang galau, seperti anak muda yang sedang mencari jati diri.
Kapan Partai Politik akan dewasa ? Berapa lama proses menuju dewasa ?
Mari kita menjadi penonton, sebagai manusia Indonesia merdeka tanpa Partai Politik.
Dengan kondisi Partai Politik seperti sekarang, menurut saya menjadi Golongan Tanpa Parpol tidaklah keliru, selama Partai masih belum menemukan jatidirinya.

0 comments:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkomentar. Jangan lupa follow blog ini :)

About


Buff - Planet Earth

Pengikut

 
Copyright © 2010 Manuskrip , All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger