Puisi Sedap ala Ada Apa Dengan Si Cinta ?

/ Selasa, 03 Mei 2016 /

Batas, 
Karya : Aan Mansyur.

Semua perihal diciptakan sebagai batas.
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain.
Hari ini membatasi besok dan kemarin.
Besok batas hari ini dan lusa.
Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota,
bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.

Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta.
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata.
Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang.
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.

Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya.
Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan.
Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur.

Apa kabar hari ini?
Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.


Ada Apa dengan Cinta?
Karya : Chairil Anwar

Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur di hatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya? Meninggalkan hati untuk dicaci
Lalu sekali ini aku melihat karya surga dari mata seorang hawa
Ada apa dengan cinta?
Tapi aku pasti kembali dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku karena aku ingin kamu
Itu saja…


Tentang Seseorang
Karya : Chairil Anwar

Kulari ke hutan kemudian menyanyiku
Kulari ke pantai kemudian teriakku
Sepi, sepi dan sendiri aku benci
Aku ingin bingar, aku mau di pasar
Bosan aku dengan penat dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika kusendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai
Biar mengaduh sampai gaduh
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang
Di tembok keraton putih
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya biar terdera
Atau aku harus lari ke hutan belok ke pantai?


Aku Ingin Bersama Selamanya
Karya : Chairil Anwar

Ketika tunas ini tumbuh, serupa tubuh yang mengakar
Setiap napas yang terhembus adalah kata
Angan, debur dan emosi bersatu dalam jubah terpautan
Tangan kita terikat, lidah kita menyatu
Maka setiap apa terucap adalah sabda pendita ratu
Ah, di luar itu pasir, di luar itu debu
Hanya angin meniup saja, lalu hilang terbang tak ada
Tapi kita tetap menari, menari cuma kita yang tahu
Jiwa ini tandu, maka duduk saja
Maka akan kita bawa semua
Karena kita adalah satu

0 comments:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkomentar. Jangan lupa follow blog ini :)

About


Buff - Planet Earth

Pengikut

 
Copyright © 2010 Manuskrip , All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger