Kampus Mercusuar Ganesha |
Di akhir masa perkuliahan di kampus ganesha, saya berkesempatan untuk lebih banyak berinteraksi dengan sebaya dari kampus di sekeliling kampus ganesha, melalui beberapa wadah komunitas, dan kepanitiaan acara yang saya ikuti. Saya merasakan bahwa tidak sepantasnya masyarakat kampus ganesha memposisikan diri sebagai mercusuar yang tinggi dan angkuh. Berbagai kesempatan itu, membuka mata saya bahwa banyak potensi - potensi tinggi di luar tembok kampus mercusuar yang bahkan selangkah lebih di depan.
Kemarin, saya mendapat cerita dari tetangga jauh Kampus Gajah di Yogjakarta, yang dijuluki 'Kampus Rakyat', apa itu ? Adalah sebuah kampus yang membumi, membaur bersama masyarakat dan bahkan bersama dengan kampus - kampus sekitar, memberdayakan masyarakat, melakukan kegiatan sosial bersama masyarakat sekitar kampus, seperti tanpa batas antara masyarakat dalam kampus dan di luar kampus. Kampus dimana filosofi pemikiran dan sejarah terus didengungkan, bahkan di dalam bangku-bangku kelas, tak perlu mimbar bebas. Hingga, ruh dan visi besar kampus itu tetap tertanam di setiap sanubari masyarakat kampusnya. Ya... Sebuah visi besar untuk membaur dan meng-Abdi-kan diri kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta.Kembali ke kampus mercusuar dengan beberapa fakta, cerita dan realitanya. Di depan ada tantangan, namun di depan juga ada peluang.
Ketua Kabinet KM ITB baru saja terpilih, dengan gagasan menariknya tentang implementasi nyata dari konsep "Triple Helix". Saya rasa, ini memang sebuah suratan dimana memang sudah saatnya konsep tersebut direalisasikan, dengan mahasiswa Kampus Ganesha sebagai motor penggerak utama. Diperlukan usaha dan gerakan kolektif dari seluruh stakeholder ITB, untuk terus mengambil peran pada garda depan kemajuan Ilmu, Pengetahuan dan Seni di Indonesia. Tidak ada kata nanti, besok, atau lusa... Karena tantangan sudah ada di depan. Sudah seharusnya, tembok - tembok pambatas yang tinggi itu rubuh oleh semangat untuk kembali membumi. Sudah seharusnya, filosofi pemikiran dan sejarah kampus ini kembali dibedah, hingga lulusannya tidak banyak yang bertanya,"Mau kemana kita setelah lulus ?". Ataukah bekerja di muti-national company itu memang harapan pendirian dalam sejarah kampus ini ?
Saya malu ketika justru saya dicerita-i sejarah pendirian, bahkan prodi saya sendiri, oleh sebaya dari kampus lain. Dan menurut cerita yang saya dapatkan, sejarah - sejarah itu diceritakan, bahkan di bangku kuliah sehari - hari. Bukan dalam perayaan dies natalis, yang hanya berperan simbolis. Tapi bahkan, didengung - dengungkan pada forum terkecil di dalam kelas. Mereka merasa salute pada lulusan Kampus Ganesha, yang DULU mampu menegakkan benchmark pendidikan Teknik di Indonesia, termasuk di kampus mereka, hingga sekarang meluas hingga seluruh pelosok Nusantara. Tapi sekarang ? Mungkin tempurung yang tebal itu, membuat seekor katak tidak dapat melihat sekitar dengan luas, sehingga hanya melihat dirinya sendirinya sendiri tanpa ada pembanding.
Saya pribadi rindu adanya semangat Cinta Tanah Air kembali didengungkan di Kampus Ganesha. Padahal, tujuan memajukan bangsa ini melalui ilmu, teknologi, dan seni tertera dalam Visi, Misi, hingga terngiang dalam lagu Mars dan Himne Kampus Ganesha. Bahkan, dalam Salam Ganesha, lagu - lagu kemahasiswaan milik organisasi KM (keluarga mahasiswa), organisasi terpusat mahasiswa Kampus Ganesha juga ada semangat Cinta Tanah Air, dan berbakti untuk masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Mungkin perlu dimaklumi, bahwa lagu dan pengingat itu hanya akan ada diperdengarkan 1 tahun tidak lebih dari 5 kali, di OSKM dan di Wisuda ITB.
Saya tidak tahu saya tujukan kepada siapa artikel ini, mungkin kepada sebaya mahasiswa untuk keluar dari tempurung, kemudian menghirup udara segar sekitar, membahas tentang sejarah dan filosofi pemikiran, bahkan dalam kelompok belajar terkecil kita. Sebelum menara mercusuar ini semakin tinggi, hingga kita benar - benar lupa cara untuk kembali membumi.
Terakhir saya ingin meminta maaf jika ada beberapa hal di atas tidak sesuai fakta di kacamata teman - teman. Semua yang saya tulis, memang berdasarkan kacamata saya, dimana kacamata saya itu kadang bisa salah menangkap fakta. Sehingga respon dan kritik untuk lebih baik ke depannya senantiasa dinantikan.
Oleh :
Andrean Eka Lucianto
151 11 064
Masih mahasiswa Kampus Ganesha, Bandung.
0 comments:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar. Jangan lupa follow blog ini :)