Laskar Cikuray yang terdiri dari Aku, Yosandi Calimanto, Daru Setyawan, Max Weber dan Abdul Rahim sudah mulai bersiap - siap berangkat mulai tanggal 25 Juni 2013. Kami menyewa tenda ke Almen, meminjam misting ke KMPA-ITB, ditambah usaha tambal sulam untuk melengkapi spek yang akan kami bawa saat mendaki Gunung Cikuray.
Gunung Cikuray, Hemm... Malam sebelum berangkat kami melihat - lihat blog perjalanan yang telah ditulis oleh teman-teman yang lain, yang sudah pernah mendaki gunung ini sebelumnya. Hasilnya, kami menemukan bahwa perjalanan dari 'peradaban terakhir' hingga ke puncak dapat ditempuh hanya dalam waktu kurang lebih 8 jam perjalanan. Saat itu kami menganggap perjalanan ini akan berlalu dengan mudah. Oleh karenanya, kami memutuskan untuk berangkat tidak menggunakan angkutan umum, melainkan menggunakan motor sambil melakukan touring dengan 3 motor, dari Bandung - Garut. Berbekal kecanggihan teknologi GPS saat ini dan panduan perjalanan dari beberapa blog, kami memberanikan diri untuk berangkat walaupun belum pernah ke Gunung Cikuray sebelumnya.
Tanggal 26 Juni 2013 pukul 04.30 Kami saling membangunkan satu dengan yang lain agar tidak kesiangan. Kami melakukan persiapan sana - sini hingga akhirnya pukul 06.00 kami sudah siap untuk berangkat. Ditemani dingin pagi itu, kami berangkat. Kami menyusuri jalanan Kota Bandung > Terminal Cicaheum > Cibiru > melewati Kabupaten Bandung Timur hingga masuk ke Kabupaten Garut. Kami tiba di Kabupaten Garut sekitar pukul 09.00. Kami beristirahat sejenak di beberapa tempat, baik untuk sarapan, hingga sekedar melemaskan punggung dan kaki.
Kami pun terus melanjutkan perjalanan, hingga merasa kebingungan saat sudah masuk ke Kota Garut. Kebingungan kami tidak beralasan, jalan - jalan di Kota ini saling tumpang tindih, banyak yang searah dan ada banyak percabangan yang tidak genap jumlahnya. Kami akhirnya memutuskan untuk bertanya ke warga sekitar. Bapak itu memberikan saran agar kami mengikuti sebuah angkot berwarna Putih-Abu. Kata si bapak, angkot ini akan langsung menuntun kami sampai di Cilawu. Cilawu adalah tempat dengan peradaban terakhir yang paling dekat dengan puncak Gunung Cikuray.
Kami mengikuti angkot tersebut, namun setelah beberapa saat kami kehilangan jejak dari si angkot, karena Daru mengambil inisiatif untuk mendahului si angkot. Kami kembali bertanya ke warga sekitar. Saat kami bertanya ini, tiba - tiba datang seseorang berkaos krem dengan celana pendek dengan motor matik-nya menghampiri kami yang sedang kebingungan. Si mas-mas ini ternyata sangat baik, hingga mau mengantarkan kami untuk dapat menemukan jalur si angkot Putih-Abu yang tadi. Akhirnya kami diantarkan Si mas-mas ini sampai di jalur yang seharusnya kami lalui. Dia juga menjelaskan rute yang nantinya kami lalui di akhir perjumpaan. Kami pun melanjutkan perjalanan dengan mengikuti angkot Putih-Abu hingga ke Cilawu.
Pukul 11.00 Kami sampai di Pos Ojek Cilawu yang merupakan tempat si angkot Putih-Abu berbalik arah juga. Menurut blog yang kami baca di malam sebelumnya, terdapat beberapa alternatif untuk bisa sampai di Taman Pemancar, yakni :
- Jalan Kaki, perjalanan dengan pilihan ini akan memakan waktu hingga 2 jam lamanya. Kelebihan : Dapat menghemat biaya. Kekurangan : Tenaga akan habis duluan sebelum naik Gunung Cikuray. Pilihan ini, tepat diambil jika teman - teman sekalian memiliki rencana untuk menginap terlebih dahulu di Taman Pemancar dan baru naik keesokan harinya. Sehingga tenaga dapat kembali saat bermalam di sana. Tapi jika teman - teman berencana langsung mendaki di hari yang sama, maka saya sarankan untuk tidak memilih pilihan ini.
- Naik Ojek. perjalanan dengan pilihan ini akan memakan waktu hingga 45 menit lamanya. Kelebihan : Dapat menghemat waktu dan tenaga. Kekurangan : Pengeluaran menjadi bertambah untuk ongkos, sekitar Rp 40.000,00 / orang. Pilihan ini, tepat diambil jika teman-teman berencana naik ke puncak pada hari itu juga. Karena waktu dan tenaga cukup berharga untuk dihemat selama pendakian.
Karena kami menggunakan motor sendiri, segala kelebihan dari kedua pilihan di atas dapat diambil yaitu hemat biaya, hemat waktu dan hemat tenaga. Hahaha. Di tengah perjalan, sebelum memasuki Kebun Teh, terdapat Pos Penjagaan yang fungsinya sebagai tempat pendaftaran. Di sini kita menuliskan nama, dan nomor HP serta membayar uang iuran masing - masing Rp 3.000,00 / orang. Di Pos ini kami beristirahat sejenak setelah lelah melakukan touring Bandung-Garut.