Okey saya akui Monumen Perjuangan ini begitu megah. Dari kejauhan, saya kira monumen ini hanya berupa bangunan dengan partisi bagian lengkungan-lengkungan putih, ditambah Lambang Garuda Pancasila berukuran besar di bagian lengkung tengahnya. Tapi ternyata dugaan saya salah saat saya berkunjung ke monumen ini. Di sisi kanan dan kiri monumen ini terdapat relief yang menggambarkan kisah perjuangan masyarakat Bandung dalam meraih Kemerdekaan. Jejak rekaman sejarah yg sayang jika tidak kita ketahui.
Imaji ini membawa saya kembali membayangkan betapa bangganya masyarakat Kota Bandung di saat awal Monumen ini didirikan. Monumen yang begitu megah dengan arsitektur yang unik dan menarik. Namun, ironi kembali saya temui dalam perjalanan saya ke Monumen ini. Perhatikan diujung foto relief di atas. Sekilas terlihat terdapat gerbang besi yang sedang tertutup rapat disana (Maaf jika fotonya kurang proporsional). Saya berusaha melihat ke dalam gerbang itu, namun hanya terlihat sayup-sayup ruangan yang cukup besar di dalamnya. Dilihat dari kondisinya, saya menduga bahwa gerbang itu sudah tertutup cukup lama. Meja reservasi di balik gerbang besi juga terbengkelai tidak terurus. Di sini saya hanya menyayangkan atas keberadaan monumen ini. Imaji kembali menuntun saya untuk menggambarkan betapa ramainya monumen ini disaat awal didirikan. Tapi sekarang, apa mau dikata, monumen ini hanya dapat kita nikmati keindahan luarnya saja.
Saya tidak tahu mengapa Monumen yang hebat ini tidak dapat dinikmati bagian dalam gedungnya, dan Mengapa Monumen yang seharusnya menjadi Ruang Publik ini justru dikurung dengan pagar melingkar 2,5 meter mengelilinginya. Ya sudahlah... Saya tidak ingin mengutuk pihak manapun dalam ironi yang satu ini. Seharusnya pihak yang terkait lebih bijak dalam pengelolaan Monumen ini. Monumen yang seharusnya dapat menjadi sarana rekreasi sejarah ini menjadi suram, sepi oleh pengunjung. Hemh... Semoga saja di waktu yang akan datang Monumen ini kembali dapat menjadi jejak rekaman yang penting dalam keping sejarah perjuangan masyarakat Kota Bandung.
"Kita memang pandai mencipta, tapi tak pandai memelihara"
"Kita pandai mengagumi karya baru, karya yang lama dianggap kuno lalu terlupakan"
"Kita pandai mengagumi karya baru, karya yang lama dianggap kuno lalu terlupakan"
0 comments:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar. Jangan lupa follow blog ini :)