Di Balik Besarnya Seorang Tokoh ( Jengis Khan - Mussolini - Ir. Sokarno )

/ Minggu, 28 Juli 2013 /
Untuk mengisi waktu liburan yang panjang ini aku memilih untuk menghabiskan beberapa antrian buku yang telah kubeli, namun belum kubaca. Berbeda dengan waktu – waktu sebelumnya, dimana aku memilih novel sebagai pengisi waktu luang, kali ini aku lebih memilih untuk membaca Buku tentang Biografi seseorang. Alasannya simple, aku ingin berkenalan dengan mereka, dengan pemikiran hebat mereka, dengan kebiasaan extra-ordinary mereka, hingga membuat mereka bisa menjadi manusia superior di jamannya. Sebut saja, Jengis Khan, Mussolini dan Soekarno adalah tiga tokoh yang sengaja aku pilih, karena ketiganya memiliki pengaruh yang sangat besar di daerahnya dan di masanya masing – masing.

Ada banyak pembelajaran berharga yang bisa kita peroleh dengan berkenalan dengan tokoh – tokoh di atas. Beberapa garis besar kesamaan yang dapat kita petik dari ketiga tokoh di atas adalah :
 
  1. Keadaan lingkungan latar belakang telah menempa diri mereka dengan luar biasa dalam sejarah hidup tokoh. Dibalik sosok – sosok hebat yang kita lihat karya hebatnya, ternyata cerita sejarah tokoh tersebut lebih menarik untuk disimak, hingga dapat menjadi bahan pembelajaran yang berharga untuk kita terapkan dalam hidup kita. Bagian inilah yang biasanya luput dari perhatian kita. Jengis Khan, seorang sosok penakhluk daratan Asia hingga Eropa Timur yang begitu perkasa, ternyata pernah mengalamai beberapa kekalahan, bahkan oleh suku – suku kecil yang saling beraliansi untuk mengalahkannya. Namun, karena sikap pantang menyerah dan kemampuannya melakukan diplomasi. Jengis Khan mampu menyatukan suku – suku di Mongolia, untuk melakukan ekspansi wilayah hingga menaklukan Kekaisaran Cina, Kalifah Muslim di Timur Tengah, hingga ke Eropa Timur. Jejak ekspansi ini, bahkan hingga ke Indonesia yang ditandai adanya peperangan Kerajaan Singosari dan Kerajaan Kediri pada masanya. Perjalanan Mussolini untuk menyebarkan paham Fasis miliknya di Italia, juga tidaklah mudah. Mulanya Mussolini harus bergabung dengan suatu perusahaan Media, agar beliau dapat dengan mudah melakukan propaganda demi membumikan paham Fasis di seantero Italia. Soekarno sebagai salahsatu dari Dwitunggal Bapak Proklamator Negara Indonesia, juga terlebih dahulu menelan pil pahit kehidupan, dari mulai menjadi buronan penjajah, hingga keluar masuk tahanan dan pembuangan. Dari semua kenyataan tersebut, Mereka semua melihat suatu kesulitan sebagai pelajaran,  pembelajaran untuk menjadi lebih baik usai beratnya kesulitan itu berlalu suatu saat.
  2. Keinginan dari dalam diri mereka untuk terus berkembang begitu besar. Jengis khan, Mussolini dan Soekarno kita kenal sebagai seorang sosok yang pantang menyerah. Jengis khan dengan usaha konsolidasinya yang terus ia lakukan hingga berhasil, Mussolini yang terus melakukan perjuangan dengan kemampuan tulis menulisnya. Dan Soekarno, dengan kemampuan sihir dalam orasinya yang seakan dapat menghentikan angin yang berdesir, menghentikan detak jam yang berjalan hingga membuat ribuan orang mendengarkan orasinya dengan fokus penuh dan sungguh. Kemampuan orasi ini, tidak didapatkan Soekarno dengan instan. Malam – malam di masa mudanya, beliau habiskan dalam kamar pojok kediaman milik HOS Cokroaminoto, Surabaya. Di kamar sempit, tanpa penerangan, tanpa jendela itulah Soekarno muda menyalakan lilin, berdiri di depan cermin dan melakukan orasi panjang dengan audiens setianya cicak dan nyamuk dalam kamar tersebut.
  3. Mereka memiliki Guru atau Panutan. Jengis Khan (nama kehormatan) atau Temujin (nama asli) belajar kepemimpinan dari ayahnya bernama Yesugei dan kakeknya bernama Kabul, keduanya adalah pejuang Mongol dengan nama kehormatan Khan. Bahkan Kabul adalah orang pertama yang memiliki gelar kehormatan Khan. Berbeda dengan Jengis khan yang banyak belajar dari garis keturunannya, Mussolini memiliki panutan sendiri yang jauh tempatnya namun dekat dengan beliau dari ajaran dan bukunya, yakni Hitler. Hitler mengilhami Mussolini dalam menyebarkan paham Fasis di Italia. Sedangkan Soekarno muda digembleng paham Nasionalisme oleh K.H. H.O.S. Cokroaminoto. Masa muda Soekarno dihabiskan dengan membaca buku, hingga beliau amat dekat dengan Karl Max, Thomas Jefferson, George Washington, Abraham Lincoln dan tokoh – tokoh dunia lainnya. Seorang guru atau panutan penting untuk dimiliki agar seorang yang masih muda dapat diperkaya pengalaman, sehingga saat dipadu dengan idealism muda, pelajaran tersebut dapat menghasilkan suatu yang lebih besar.
  4. Mereka bisa membangun dan mengukur momentum yang tepat dimana mereka mengawali kepemimpinan mereka. Jengis Khan membangun momentum dengan menaklukkan salahsatu kerajaan paling lemah terlebih dahulu di dataran Cina yakni Kerajaan Xi Xia. Setelah berhasil menaklukkannya, beliau melanjutkan untuk menaklukkan Kerajaan Jin dan Kerajaan Sung, hingga akhirnya Jengis Khan mampu menakhlukkan dataran Cina secara keseluruhan. Mussolini mengambil momentum carut – marut Italia pasca Perang Dunia I sebagai momentum utama miliknya. Ditengah pasifnya pemerintahan, kenjangan ekonomi yang kian tajam antara kaum buruh dengan para tuan tanah dan para penguasa industri, membuat rakyat Itali pada masanya memutuhkan pemimpin yang dapat membawanya menjadi lebih baik, dan Mussolini hadir untuk mengisi kekosongan tersebut. Lain hanya dengan Bung Karno dalam memperjuangan Indonesia Merdeka. Beliau mulanya membangun momentum dengan terus melakukan usaha diplomasi dengan pihak penjajah hingga Jepang merestui keinginan bangsa Indonesia untuk merdeka. Saat meletusnya Perang Dunia II, ditambah dengan adanya ledakan Bom dari pihak sekutu di Hirosima dan Nagasaki membuat Jepang begitu terpukul, hingga menyatakan tunduk kepada sekutu. Di saat kekosongan inilah, dimana pasukan Jepang sudah mulai menarik pasukan dan Sekutu dengan mengijinkan Belanda kembali menguasai Indonesia namun masih dalam proses pengiriman pasukan. Soekarno dengan didampingi Moh. Hatta memprokalamasikan Kemerdekaan Indonesia dihadapan ribuan rakyat Indonesia.
  5. Mereka memiliki keyakinan tentang satu hal, dimana keyakinan tersebut disebarkan kepada orang lain hingga dapat mempengaruhi orang – orang di sekitarnya. Jengis Khan memiliki keyakinan untuk menguasai daratan Asia di bawah kekuasaannya. Mussolini dengan Paham Fasis miliknya dan Soekarno dengan prinsip Nasionalisme yang beliau miliki. Mereka memiliki sebuah nilai yang diperjuangkan dengan sungguh – sungguh hingga dibaliknya akan ditemukan kemenangan dan kejayaan.

0 comments:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkomentar. Jangan lupa follow blog ini :)

About


Buff - Planet Earth

Pengikut

 
Copyright © 2010 Manuskrip , All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger