Tak terasa, sudah akan menginjak tahun ke-empat berkuliah di institut yang katanya terbaik di Indonesia ini. Banyak rintangan yang telah lolos terlalui, banyak ujian yang telah berhasil terlalui. Tapi...
Akan seperti apa sebenarnya lulusan SEMPURNA dari kampus ini ?
Terdapat beberapa pilihan :
- Apakah yang IPK nya mencapai Cumlaude ?
- Apakah yang catatan organisasi kemahasiswaannya penuh ?
- Apakah yang berhasil menjadi Ketua Kabinet KM-ITB ?
- Apakah yang berhasil hafidz Al Qur'an ?
- Apakah yang berhasil memiliki usaha sendiri ?
Kalau mau dibandingkan dengan masa SMA dulu, di SMA Taruna Nusantara. Seorang lulusan terbaiknya sudah jelas dan dijelaskan secara gamblang bahwa Lulusan Terbaik adalah lulusan yang memiliki kemantapan dalam 3 aspek yaitu Akademik, Kepribadian dan Kesamaptaan Jasmani. Ada apa dengan 3 aspek ini ? Hal ini, dikarenakan dengan bekal ketiga aspek ini yang simultan dimiliki oleh seorang lulusan, diharapkan dapat menjadi bekal untuk dapat menjadi pemimpin yang cakap di masa depan. Salahsatu lulusan terbaik SMA TN, yang mungkin dikenal secara luas di masyarakat saat ini adalah Lulusan terbaik angkatan V yakni Abang Agus Harimurti Yudhoyono. Di masa SMA dulu, selalu terngiang cerita lintas angkatan bahwa beliau memiliki segudang talenta, yang dibuktikan atas jabatan sebagai dalam OSIS, Penata Rama Gita Bahana Nusantara Marching Band, dan segudang prestasi akademik dan non-akademik yang dimilikinya. Sehingga profil lulusan SEMPURNA menjadi tidak abu-abu. Dari aspek historis pendirian SMA ini, memang dibuat untuk mencetak calon pemimpin Bangsa di masa yang akan datang. Bapak L.B. Moerdani bahkan membuat sebuah prasasti di lingkungan kampus SMA dahulu, yang tertulis "Kampus SMA Taruna Nusantara, dipersembahkan untuk masa depan Bangsa dan Negara Indonesia"
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.
Mungkin itulah peribahasa yang cocok diberikan atas perbandingan masa SMA dan masa KULIAH ini. Di masa kuliah, mahasiswa sudah dianggap dewasa untuk dapat memilih jalan hidupnya masing-masing. Sudah dianggap mampu untuk membedakan benar dan salah atas pilihan yang mahasiswa tersebut ambil.
Lambang Technische Hogeschool te Bandoeng |
Pemandangan Technische Hogeschool te Bandoeng |
Ditilik dari sejarahnya technische hogeschool te bandoeng, memang didirikan untuk mencetak insinyur hebat dalam bidang akademik dan intelektual. Dalam pembangunannya oleh Pemerintahan Belanda pada waktu itu, dilatarbelakangi oleh kebutuhan atas insinyur yang tinggi di Indonesia, dan mahalnya pengiriman insinyur dari Belanda ke Indonesia, sehingga memaksa Belanda untuk membuat sekolah insinyur, yang lulusannya akan dijadikan pekerja oleh Pemerintahan Belanda.
Hingga saat ini pola didik di Institut ini, mungkin tidak mengalami perubahan yang signifikan. Sehingga pola didik yang ditanamkan selalu berkutat dalam bidang akademik, hingga segala hal yang mengganggu akademik akan diminimalisir, apalagi ke depannya,demi menyongsong Institut ini sebagai Universitas Riset. Kelulusan akan lagi-lagi dipangkas menjadi paling lama 5 tahun masa pendidikan.
Kesimpulannya, mau memilih jalan hidup apapun di Institut ini. Yang jelas benang merah yang bisa diambil. Para lulusannya minimal harus cakap dalam akademik dan intelektual. Sedangkan, printilan-printilan lainnya merupakan pendukung atas kecakapannya dalam bidang intelektual.
Renungan, Seharusnya dalam kelulusan nantinya, para lulusannya wajib turut serta dalam pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia. Karena sesungguhnya mahasiswa adalah masyarakat sipil terpelajar, yang memiliki tanggungjawab moril untuk kembali mengabdikan ilmunya demi kemajuan Bangsa dan Negara. Namun penenaman rasa cinta tanah air di kampus ini sangat minim.
Selain itu, outcome inilah yang seharusnya menjadi dasar pola segala kaderisasi di Institut ini. Baik kaderisasi terpusat, himpunan mahasiswa, unit kegiatan mahasiswa bahkan kaderisasi dalam tingkat institusi prodi dan dalam proses pembelajaran akademik agar semuanya berjalan selaras.
Kesimpulannya, mau memilih jalan hidup apapun di Institut ini. Yang jelas benang merah yang bisa diambil. Para lulusannya minimal harus cakap dalam akademik dan intelektual. Sedangkan, printilan-printilan lainnya merupakan pendukung atas kecakapannya dalam bidang intelektual.
Renungan Quotes Tan Malaka tentang Pendidikan |
Selain itu, outcome inilah yang seharusnya menjadi dasar pola segala kaderisasi di Institut ini. Baik kaderisasi terpusat, himpunan mahasiswa, unit kegiatan mahasiswa bahkan kaderisasi dalam tingkat institusi prodi dan dalam proses pembelajaran akademik agar semuanya berjalan selaras.
0 comments:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar. Jangan lupa follow blog ini :)