Penjurusan yang melelahkan

/ Kamis, 17 Mei 2012 /
Setahun sudah aku melalui jalan pendidikan yang aku pilih sendiri di Intitut Terbaik Bangsa (ITB) dalam Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB). Seluruh tenaga dan upaya telah aku kerahkan untuk bisa tembus ke salah satu jurusan favorit di fakultas ku. Ya "Teknik Geologi" ITB.

Jujur aku ingin sekali masuk ke jurusan ini. Hal ini dikarenakan banyak hal, aku sudah pernah mempelajari tentang Geologi sebelumnya di SMA, dan alhamdulillah, pencapaian ku di bidang ini tidak tanggung-tanggung Medali Emas Olimpiade Sains Nasional bidang Kebumian berhasil aku dapatkan. Aku memang sangat mencintai ilmu ini, aku juga merasa ilmu ini adalah harta karun yang telah aku temukan untuk meniti karir di masa depan. Ya passion ku ada di Ilmu Geologi. Aku suka menghapal dan mengkhayal apa yang telah aku baca, itulah inti ilmu Geologi yang telah aku pelajari di SMA dulu. Bahkan salah seorang abang di sekolahku pernah bilang,"Aku senang bertanya padamu tentang ilmu Geologi, saat kau menjawabnya matamu berkaca-kaca serasa bicara kepadaku". Itu kata abang ku. 

Tapi apa mau dikata...
Jalan menuju jurusan itu sungguh penuh liku dan kerikil penghambat yang ternyata tak dapat kutembus selama setahun ini. Tapi di sini aku menyadari bahwa tak ada sesuatu yang sia-sia. Ada yang bilang,"Wah kamu nggak masuk ke Teknik Geologi nih ka, berarti sia-sia donk kamu belajar 3 tahun di SMA dulu". Humh... Saya tegaskan, bahwa tidak ada yang sia-sia dalam hidup. Anggap saja saya belajar Ilmu Geologi itu untuk meraih prestasi tertinggi saya dalam OSN, dan sekarang saya harus belajar lagi untuk hal yang lain yang lebih besar yaitu MASA DEPAN. Entah apa yang ada di depan nanti? Tapi saya percaya Tuhan memiliki rencana yang lebih HEBAT dan TEPAT nantinya. Bukan saatnya meratapi kegagalan, saya merasa diri saya sekarang telah naik satu tangga menuju yang lebih baik karena kegagalan ini.

Saya kembali teringat memory ketika saya menjalani masa sulit dalam rangkaian Olimpiade Sains Nasional. Mungkin tak banyak yang memiliki cerita seperti saya. Semua orang menyangka bahwa peraih medali di OSN adalah "Orang Jenius" dengan IQ di atas rata-rata. Hal itu tidak salah, hal itu benar untuk sebagian orang. Sayangnya... tidak berlaku untuk saya. Ijinkan saya bercerita, di masa di mana anak SMA yang jauh merantau dari rumah, tiba di suatu SMA berasrama bernama Taruna Nusantara. Satu harapan yang selalu menggelora di dada "Saya ingin melihat orang tua saya tersenyum, ketika saya pulang dari perantauan". Walaupun setahun 3 kali saya pulang saya ingin hal itu selalu terjadi. Akhirnya untuk mencapainya, saya belajar dan bertanya lewat jalan mana saya bisa merealisasikannya. Dan saya menemukan Ilmu Geologi sabagai gerbang saya membuat orang tua saya tersenyum. Saya bukan orang jenius, tapi banyak orang bilang saya orang rajin. Saya belajar tentang ilmu ini. Karena kecintaan saya, saya diberikan kesempatan untuk melaju hingga tingkat Nasional di kelas 1 SMA, saya benar-benar tidak menyangka bisa mengungguli abang dan kakak yang telah belajar lebih dulu 1 tahun lamanya. Saya sangat gembira di saat itu. Tapi... Tuhan berkehendak lain. Di tahap ini saya belum berhasil meraih medali yang saya harapkan untuk saya bawa pulang untuk ibu dan ayah saya. Kegagalan ini sangat memukul saya. Saya tak pernah merasakan kegagalan sepahit ini. Saya meronta, menyesal, menangis sejadi-jadinya. Saya kembali belajar, tanpa kenal lelah di kelas 2. Karena saya mencintai Ilmu ini, hingga semua itu tak ada rasanya. Saya tak mau gagal untuk kedua kalinya. Dan akhirnya saya tahu Allah memiliki rencana yang begitu sempurna dan indah jika kita tak mengalah pada kegagalan. Saya berhasil meraih medali itu untuk orang tua saya di kesempatan kedua. Saya bahagia, karena berhasil memberikan medali itu, membuat orang tua saya tersenyum dan sekarang medali itu terpampang gagah dalam pigura di sudut rumah saya.

Allah memiliki rencana yang begitu sempurna dan indah jika kita tak mengalah pada kegagalan

Bertolak dari itu, saya ingin memaknai kegagalan masuk ke Teknik Geologi seperti itu. Saya yakin Tuhan punya rahasia lain untuk masa depan saya. Saya ingin mencatat ini dalam sejarah hidup saya. Saya tidak ingin menyerah lagi, saya tidak ingin terpuruk lagi, saya ingin kembali meraih Emas-Emas yang lain di masa depan nanti. Semoga semangat ini terus mengelora hingga nanti, suatu saat di masa ketika senyum orang tua mengembang untuk saya kembali.

0 comments:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkomentar. Jangan lupa follow blog ini :)

About


Buff - Planet Earth

Pengikut

 
Copyright © 2010 Manuskrip , All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger