Perjalanan di bumi Halmahera Utara 30 Juni - 16 Juli 2014

/ Jumat, 18 Juli 2014 /
Ini adalah catatan yang tercipta setelah 16 hari perjalanan ke Halmahera Utara, Maluku Utara
30 Juni - 16 Juli 2014

Persiapan dimulai...
Sebenarnya perjalanan ini bukanlah perjalanan tamasya senang-senang. Tapi merupakan rangkaian untuk menyelesaikan proyek penentuan batas hutan lindung, hutan konversi, hutan produksi terbatas di kawasan Halmahera Utara. Tapi yang namanya melancong ke tempat yang jauh, tidak ada salahnya untuk menyempatkan diri untuk dapat melakukan perjalanan ke tempat-tempat indah di kawasan yang baru kita jelajahi.






Pulau Halmahera merupakan pulau terbesar dalam gugusan Kepulauan Maluku. Untuk mencapai pulau ini, saya harus terbang dari Jakarta Menuju Pulau Ternate - Menumpang Speed Boat - Pulau Halmahera.

Sesampainya di Pulau Ternate, kita akan disambut suasana perkotaan yang tidak jauh berbeda dengan yang ada di Pulau Jawa. Area pertokoan berjajar, hingga mall megah menghiasi Pulau ini. Maklum lah, karena Pulau ini dahulu adalah ibukota Provinsi Maluku. Yang sekarang telah terpecah menjadi Maluku Utara dan Maluku Selatan, sehingga ibukota provinsi juga dipindahkan.


Saya sempat terkabum dengan indahnya Gunung Gamalama di Pulau ini yang berdiri tegak menyambut, saat saya berada di Pelabuhan, sebelum penyeberangan. Selain itu, walaupun sedang di pelabuhan, tapi air di laut di pelabuhan sangat jernih, tanpa polusi, tanpa zat terlarut, bahkan kita bisa melihat dasar perairan dangkal dari dermaga. Sungguh mengesankan...


Hari-hari awal di Halmahera saya habiskan untuk melakukan pengukuran di belantara Halmahera. 







Saat melakukan pengukuran di dalam hutan, beberapa kali terdapat bukaan yang mengijinkan saya dan kawan-kawan menikmati keindahan Halmahera dari atas.



Hari demi hari berlalu, dan datanglah hari Minggu. Minggu di desa tempat saya singgah, yaitu Desa Saluta, merupakan hari libur untuk melaksanakan ibadah Minggu. Hal ini dikarenakan, memang sebagian besar warga desa ini beragama Kristen, sehingga mereka harus ke gereja untuk berdoa. Di hari libur inilah saya manfaatkan sebaik mungkin untuk menjelajahi Desa Saluta, yang ada di Halmahera Utara, Maluku Utara.



Desa Saluta adalah desa tepi pantai. Terdapat pantai yang panjang, yang mirip sekali dengan pantai Kuta, tapi bedanya pasir di pantai ini berwarna hitam, bukan putih seperti di pantai Kuta. Warga di desa ini, sering bermain ke pantai. Namun, sayang mereka belum sadar bahwa potensi pantai ini untuk dijadikan objek wisata, begitu besar... Perawannya pantai di desa ini sebenarnya tak jauh berbeda dengan pantai-pantai lain di Halmahera ini, yang belum dimaksimalkan potensi pariwisatanya oleh masyarakat, pemerintah setempat ataupun swasta.




Setelah empat hari berada di Desa Saluta, akhirnya tugas proyek saya di desa ini telah selesai. Sehingga saya harus beranjak ke desa selanjutnya, yaitu Desa Mamuya. Sebelum ke Mamuya, saya menyempatkan untuk ke Tobelo untuk mempersiapkan perlengkapan selama di Desa Mamuya.

Saat di Tobelo inilah, selain saya mempersiapkan perlengkapan, saya juga menyempatkan diri untuk berkunjung ke Pulau Kumo, pulau kecil di seberang Halmahera. Pulau Kumo adalah pulau yang memiliki pantai pasir putih yang tidak cukup panjang, namun cukup untuk dapat berenang, dan menikmati indahnya suasana pantai.







Keesokan harinya, saya berpindah ke Desa Mamuya. Di desa ini saya kembali melakukan pengukuran, untuk menentukan batas hutan. Kemudian di hari Minggunya saya libur, walaupun mayoritas warga di sini memeluk agama Islam.

Desa Mamuya merupakan desa tepi pantai yang dilewati oleh jalan besar, membelah tengah desa. Sehingga desa ini memanjang searah dengan jalan raya dan pantai. Pantai di desa ini, juga memiliki pasir berwarna hitam. Namun, keindahannya sebenarnya tetap dapat dimaksimalkan. Pantai ini merupakan paket lengkap ! 

Saat saya menghadap ke pantai, akan saya temukan gugusan pulau-pulau kecil di seberang jauh
Saat saya menengok ke kiri, akan saya temukan pemandangan indah saat matahari tenggelam
Saat saya menengok ke kanan, akan saya temukan pemandangan semenanjung yang ramai oleh orang-orang berenang dan memancing
Saat saya menoleh ke belakang, akan saya temukan bukit Desa Mamuya yang menjulang dengan hijaunya hutan yang masih sangat asri
Itulah pantai Mamuya...










Oh ya... ingin memberitahukan pula. Kalau di Halmahera ini, gelaran Piala Dunia sunguh disambut dengan meriah. Bendera pendukung tiap tim yang berlaga, mengudara di seantero pulau. Saat tim takluk, maka bendera akan urung dikibarkan. Saat tim berjaya, maka bendera akan diangkat tinggi-tinggi dan perayaan akan digelar.




Beberapa jepretan foto lagi, dan seluruh perjalanan ini akan berakhir. Semoga perjalanan ini dapat memberikan inspirasi kepada kawan-kawan sekalian untuk terus mengeksplore Indonesia Raya. Karena sesungguhnya Indonesia ini memang benar-benar kaya, tapi kita sendiri yang memang belum memaksimalkan kekayaannya. 

Aku semakin cinta Indonesia.




Dalam perjalanan pulang saya sempat singgah di pantai indah di daerah Akelamo Kao.







Terimakasih Tobelo - Saluta - Mamuya, segala hal dalam perjalanan ini takkan pernah kulupa.
Dan semoga indahnya karunia Tuhan itu tetap terjaga.
Indonesia Jaya - Indonesia Kaya - Indonesia Raya.
Anak bangsa Indonesia, bertanggungjawab penuh atasnya.


Oleh :
Andrean Eka Lucianto

0 comments:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkomentar. Jangan lupa follow blog ini :)

About


Buff - Planet Earth

Pengikut

 
Copyright © 2010 Manuskrip , All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger