Kata-kata terakhir Habibie, di depan jenazah istrinya, Hasri Ainun Habibie, telah menegakan bulu roma, membasahi mata, menyesakkan dada.“Saya dilahirkan untuk ibu Ainun, dan ibu Ainun dilahirkan untuk saya,” tutur Habibie. ”Ainun, saya sangat mencintaimu. Tapi Allah lebih mencintaimu. Sehingga saya merelakan kamu pergi.”
Ainun Habibie sungguh sepasang kekasih yang memadu kasih penuh isi nan berarti.
Sebuah kisah dimana cinta memang benar adanya.
Cinta itu suci, menerangi masa depan nanti.
Cinta itu abadi, hingga ruh terlepas dari ragawi
Satu hal : Cinta itu pewujud segala mimpi
Kekuatan cinta, di atas segala
Saat janji suci tertancam mantap
Seluruh keringat akan terkuras
Menyisakan tekad yang keras
Demi terwujudnya mimpi dalam janji
Seorang wanita hanya akan cukup indah dipandang mata
Tapi akan sangat indah jika cinta nyata adanya
Seorang perempuan itu empu
Empu itu pembuat
Pembuat sebuah mahakarya tak terhingga nilai harganya
Empu jarang dilihat, mahakaryanya yang akan melanglang buana
Empu akan sangat bahagia saat mahakaryanya dapat terbang
Sang empu harus kuat
Empu tak kuat, mahakarya tak akan pernah tercipta
Dan mahakarya tak akan tercipta tanpa ada empu
Mahakarya akan tercipta ditangan empu yang lihai mencipta
Mahakarya itu beruntung bertemu dengan empunya
Apakah masih ada empu seperti Ainun yang mampu menuntun terciptanya mahakarya seperti Habibie ?
Empu yang mampu mengarahkan
Empu yang mampu mengembalikan
Empu yang mampu menyejukkan
Empu yang mampu mencipta mahakarya
Hari ini... Di 20 tahun umurku : Mata terbuka untuk melihat cinta
Terimakasih tak terhingga kepada Yang Maha Segala telah memberiku kesempatan untuk memaknai cinta
0 comments:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar. Jangan lupa follow blog ini :)